Seketika, Sebuah tantangan terbuka dilemparkan oleh pa Ridwan, dosen bersepatu hitam juga ber'jeans hitam. Tantangan untuk mendapatkan lembaran uang Rp 10.000,- yang baru saja ia keluarkan dari saku celana kiri jeans hitamnya. Dan tentunya mendapat antusias dari para mahasiswa yang sedari tadi duduk menatap kagum doses Sistem Informasi Akutansi itu
"Saya punya uang 10.000", ucapnya pada awal jam kedua kuliah hari itu.
"Dan akan saya kasih kepada siapa saja yang mau", tambahnya
"Tapi......"
Tiba-tiba seluruh suara kelas menjadi kelu seketika.
mencoba menseriusi perkataan dosen berkemeja rapih yang ingin memberikan selembar uang Rp 10.000,-
"Saya akan memberikan uang 10.000 ini, tapi ada syaratnya", lanjutnya.
"tapi Berikan saya uang sebesar 3.750 , nanti akan saya kasih uang 10.000 ini ke anda"
Sontak suara-suara dalam kelas menjadi saling bersaut-sautan kembali. Merasa di tipu dan dikerjai oleh pa Ridwan yang dari tadi terus senyum kepada para mahasiswa yang kini kembali ribut.
"Saya serius!!!"
"Kalau ada yang bisa memberikan saya uang 3.750 maka saya akan berikan uang 10.000 ini ke anda"
Kali ini omongan pa Ridwan memaksa para pelajar strata satu ini untuk mencari jumlah uang yang di maksud sang Dosen berambut hitam itu. Tentunya agar bisa mendapatkan uang Rp 10.000,- yang bisa di dapatkan dengan mudah hanya dengan menukarkan uang yang bahkan kurang dari setengahnya. Bukan mata duitan, tapi siapa sih yang rela nolak di beri kesempatan mendapatkan uang dengan mudah. Ya kan?
Lalu, Beberapa mahasiswa sibuk krasak-krusuk mencari jumlah rupiah yang di maksud. Bahkan ada yang mengobok-ngobok dompet dan tasnya agar bisa menemukan pecahan 50 rupiah tersebut, tapi sayang, yang di dapat hanya logam kuning bernilai 100 rupiah, kelas pun menjadi riuh dalam pencarian uang berjumlah Rp.3.750,-.
Karena merasa tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan darinya. Pa Ridwan yang terus tersenyum menengahi keributan yang semakin tidak jelas rimbanya
"OK Cukup..!!"
"Saya rasa tidak ada yang berani memberikan saya uang 3.750 rupiah"
"Sayang lho kalau uang 10.000 ini harus saya masukin lagi ke kantong saya"
"Yah pak, jaman sekarang susah juga nyari uang 50 rupiah", cetus seorang mahasiswi yang semenit tadi menemukan logam kuning 100 rupiah di tasnya
"Sebenarnya kalian itu bukannya tidak ada, tapi tidak mau memberikannya", ucap pa Ridwan mencoba menjawab.
"Tadi saya lihat ada yang mengeluarkan uang 5.000"
"Kenapa ngga di kasih ke saya saja??"
"toh, Anda Tinggal bilang, kembaliannya buat bapak saja" "nah.. Selesaikan"
Kelas menjadi sepi kembali persis keadaan sebelum-sebelumnya.
"Saya mendapatkan uang yang saya minta"
"Dan kamu bisa mendapat uang 10.000 ini", tambahnya sambil menunjukan selembar uang 10.000 yang tadi ia keluarkan dari saku celana kiri jeans hitamnya.
Kelas masih tetap sepi, mencoba meresapi dan menerka maksud dosen berkemeja rapih yang masih terus tersenyum itu.
"Sebenarnya kalian itu bukan ngga punya"
"Tapi terlalu pelit untuk memberikannya ke saya", ulangnya kembali.
"Apa sih ruginya ngasih saya 50 rupiah, atau 1.250 rupiah"
"Toh kalian bisa mendapatkan yang lebih besar dari itu kan"
Ini hampir terjadi di keseharian kita. Banyak kesempatan yang terlewat begitu saja tanpa bisa kita manfaatkan. Banyak keinginan atau target yang sebenarnya bisa kita capai, tapi kebanyakan hanya menjadi keinginan dan kenangan belaka. Itu semua karena kita tidak mau 'sedikit' cape, kita tidak mau berusaha 'sedikit' lagi, dan yang paling sering terjadi, kita malas bahkan tidak rela berkorban demi hal yang kita inginkan.
Coba kita bisa 'sedikit' lebih sabar, bisa 'sedikit' lebih berusaha, coba 'sedikit' lebih rajin. Cuma 'sedikit' yang kita harus kita lakukan. Apalah arti 'sedikit' di banding apa yang nanti kita akan dapatkan. 'Sedikit' yang bisa memberikan kita 'lebih', 'sedikit' yang bisa membuat kita mendapatkan keinginan kita, dan 'sedikit' yang bisa membuat kita menjadi orang yang 'lebih' baik lagi.
Sekarang, Apa kita mau terus melewatkan segala kesempatan untuk mendapatkan apa yang anda inginkan hanya karena menyepelekan hal 'sedikit' ini? Kalau iya, pantas kalau pada akhirnya kita selalu mendapatkan 'sedikit' dari yang kita inginkan. Lebih baik katakan Tidak, dan bertekad untuk tidak melewatkan hal sekecil apapun. Toh, untuk menjadi besar (sukses) sudah pasti diawali dari Kecil dulu kan? SEMANGAAT….
"Saya punya uang 10.000", ucapnya pada awal jam kedua kuliah hari itu.
"Dan akan saya kasih kepada siapa saja yang mau", tambahnya
"Tapi......"
Tiba-tiba seluruh suara kelas menjadi kelu seketika.
mencoba menseriusi perkataan dosen berkemeja rapih yang ingin memberikan selembar uang Rp 10.000,-
"Saya akan memberikan uang 10.000 ini, tapi ada syaratnya", lanjutnya.
"tapi Berikan saya uang sebesar 3.750 , nanti akan saya kasih uang 10.000 ini ke anda"
Sontak suara-suara dalam kelas menjadi saling bersaut-sautan kembali. Merasa di tipu dan dikerjai oleh pa Ridwan yang dari tadi terus senyum kepada para mahasiswa yang kini kembali ribut.
"Saya serius!!!"
"Kalau ada yang bisa memberikan saya uang 3.750 maka saya akan berikan uang 10.000 ini ke anda"
Kali ini omongan pa Ridwan memaksa para pelajar strata satu ini untuk mencari jumlah uang yang di maksud sang Dosen berambut hitam itu. Tentunya agar bisa mendapatkan uang Rp 10.000,- yang bisa di dapatkan dengan mudah hanya dengan menukarkan uang yang bahkan kurang dari setengahnya. Bukan mata duitan, tapi siapa sih yang rela nolak di beri kesempatan mendapatkan uang dengan mudah. Ya kan?
Lalu, Beberapa mahasiswa sibuk krasak-krusuk mencari jumlah rupiah yang di maksud. Bahkan ada yang mengobok-ngobok dompet dan tasnya agar bisa menemukan pecahan 50 rupiah tersebut, tapi sayang, yang di dapat hanya logam kuning bernilai 100 rupiah, kelas pun menjadi riuh dalam pencarian uang berjumlah Rp.3.750,-.
Karena merasa tidak ada yang bisa menyanggupi tantangan darinya. Pa Ridwan yang terus tersenyum menengahi keributan yang semakin tidak jelas rimbanya
"OK Cukup..!!"
"Saya rasa tidak ada yang berani memberikan saya uang 3.750 rupiah"
"Sayang lho kalau uang 10.000 ini harus saya masukin lagi ke kantong saya"
"Yah pak, jaman sekarang susah juga nyari uang 50 rupiah", cetus seorang mahasiswi yang semenit tadi menemukan logam kuning 100 rupiah di tasnya
"Sebenarnya kalian itu bukannya tidak ada, tapi tidak mau memberikannya", ucap pa Ridwan mencoba menjawab.
"Tadi saya lihat ada yang mengeluarkan uang 5.000"
"Kenapa ngga di kasih ke saya saja??"
"toh, Anda Tinggal bilang, kembaliannya buat bapak saja" "nah.. Selesaikan"
Kelas menjadi sepi kembali persis keadaan sebelum-sebelumnya.
"Saya mendapatkan uang yang saya minta"
"Dan kamu bisa mendapat uang 10.000 ini", tambahnya sambil menunjukan selembar uang 10.000 yang tadi ia keluarkan dari saku celana kiri jeans hitamnya.
Kelas masih tetap sepi, mencoba meresapi dan menerka maksud dosen berkemeja rapih yang masih terus tersenyum itu.
"Sebenarnya kalian itu bukan ngga punya"
"Tapi terlalu pelit untuk memberikannya ke saya", ulangnya kembali.
"Apa sih ruginya ngasih saya 50 rupiah, atau 1.250 rupiah"
"Toh kalian bisa mendapatkan yang lebih besar dari itu kan"
Ini hampir terjadi di keseharian kita. Banyak kesempatan yang terlewat begitu saja tanpa bisa kita manfaatkan. Banyak keinginan atau target yang sebenarnya bisa kita capai, tapi kebanyakan hanya menjadi keinginan dan kenangan belaka. Itu semua karena kita tidak mau 'sedikit' cape, kita tidak mau berusaha 'sedikit' lagi, dan yang paling sering terjadi, kita malas bahkan tidak rela berkorban demi hal yang kita inginkan.
Coba kita bisa 'sedikit' lebih sabar, bisa 'sedikit' lebih berusaha, coba 'sedikit' lebih rajin. Cuma 'sedikit' yang kita harus kita lakukan. Apalah arti 'sedikit' di banding apa yang nanti kita akan dapatkan. 'Sedikit' yang bisa memberikan kita 'lebih', 'sedikit' yang bisa membuat kita mendapatkan keinginan kita, dan 'sedikit' yang bisa membuat kita menjadi orang yang 'lebih' baik lagi.
Sekarang, Apa kita mau terus melewatkan segala kesempatan untuk mendapatkan apa yang anda inginkan hanya karena menyepelekan hal 'sedikit' ini? Kalau iya, pantas kalau pada akhirnya kita selalu mendapatkan 'sedikit' dari yang kita inginkan. Lebih baik katakan Tidak, dan bertekad untuk tidak melewatkan hal sekecil apapun. Toh, untuk menjadi besar (sukses) sudah pasti diawali dari Kecil dulu kan? SEMANGAAT….
2 komentar:
energi mekanik sanes pak guru??
energi mekanik sanes pak guru??
Posting Komentar